Semua Usaha & Perjuangannya tidak Sia-Sia
Tidak menggelinding begitu saja, semua ada dalam proses dan waktu yang panjang. Dalam proses dan waktu yang panjang itu, ada orang yang tidak tahu apa yang dikerjakannya. Ke tempat kerja dengan pakaian seadanya, bahkan sejak muda turun ke pelosok kampung dan dusun hanya menggunakan kaos oblong, celana jeans butut dan memikul ransel.
Ir. Filpin Therik, lebih akrab disapa Ma Pin adalah salah satu dari sekian banyak pegiat NGO/LSM yang seperti itu. Sama seperti teman lain, Ma Pin juga sering mendapat pertanyaan ketika ada pembukaan lowongan CPNS, ’Kaka kenapa tidak ikut melamar’. Bahkan suatu saat salah seorang aktivis bercerita, ada teman SMAnya bertanya kepadanya tentang pekerjaan salah satu teman mereka. Ketika teman aktivis itu menjawab di LSM, ia mengatakan daripada nganggur, "Su bae ada kerja isi waktu, daripada nganggur," ucapnya kepada teman aktivis tersebut.
Kembali ke Ma Pin, beliau telah melewati getir, manis berada di lapangan dengan medan yang sulit. Hujan, panas, tawa, air mata silih berganti menemani kerjanya di pedalaman, TTS. Perempuan kulit hitam manis ini, ibu dari Marlia, Yurit dan Telda adalah seorang yang tekun, rapi dan bekerja tuntas serta bertanggung jawab. Ma Pin adalah orang yang teliti dan rajin mencatat segala sesuatu. Penyuka makan ikan ini tidak pernah merasa sudah mampu, karena itu semua hal harus dicatat.
Beberapa kali mengikuti training untuk issue-issue baru, Ma Pin menceritakan kalau semua proses dicatatnya dari awal sampai berakhir pelatihan dengan catatan yang rapi. Kebiasaan ini tidak muncul setelah ia dewasa. Sejak kecil, masih sekolah dasar di SDN II, Ba'a Rote, Filpin kecil sudah mempunyai catatan yg bersih dan rapi. Semua ini terbawa hingga perkuliahan.
Rapi dan bersih menjadi ciri khas Ma Pin. Menyapu, mengepel, melap hingga debu pun takut menempel. Jangan heran kalau rumah dan ruang kerjanya tak ada yang berantakan. Penyuka warna kuning dan senyum ini tertarik mengabdi di LSM, termotivasi dari aktivis-aktivis perempuan yang berhasil melakukan pemberdayaan masyarakat.
Beberapa kali berkesempatan jalan bersama beliau, Ma Pin menyampaikan ditengah-tengah kesibukannya, ia suka membaca cerita sukses dari perempuan-perempuan hebat yang mampu melakukan perubahan di tingkat masyarakat dan inilah yang mendorong Ma Pin untuk tetap ada di LSM.
Selain itu, alasan istri dari Bapak Barnabas Taneo ini bekerja di komunitas dari apa yang dimiliki masyarakat, oleh masyarakat untuk masyarakat berdaya. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki pemilik hobby menanam bunga dan menyanyi ini bisa dibagi kepada masyarakat.
Di LSM juga Beliau menekuni kerja-kerja kesetaraan dan keadilan gender terkait pola relasi yang timpang dalam berbagai aspek dimana budaya patriarkhi menempatkan laki-laki paling utama, superior dan perempuan sebagai makluk nomor dua.
Karena itu, perempuan mengalami diskriminasi di ranah domestik maupun di ruang publik. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut menurutnya, Sanggar Suara Perempuan telah melakukan penguatan sumberdaya manusia laki-laki dan perempuan pada tataran lembaga dan di masyarakat. Cara lainnya yakni kerja- kerja pengorganisasian masyarakat, penyebaran informasi baik melalui media cetak maupun eletronik serta bermitra dengan berbagai pihak.
Ma Pin mengakui, sangat senang dan bangga ketika kelompok sasaran masyarakat dan perempuan yang didampingi bersama teman-teman di SSP menyampaikan cerita sukses dan program-program berdampak luas yang membawa perubahan perilaku. Meski terkadang menemui kendala, wanita yang lahir di Rote tanggal 18 Februari 1967 ini menyampaikan bahwa ada banyak hal baik dari perjuangan-perjuangan selama ini. Kini, banyak perempuan yang menduduki posisi-posisi strategis, semua itu berpengaruh pada perumusan kebijakan publik yang ramah perempuan.
Dalam situasi pandemi Covid 19, ungkapnya belum lama ini pada sebuah pertemuan melalui webinar, banyak hasil produksi perempuan sulit dipasarkan, diskusi-diskusi dengan kelompok perempuan juga terganggu. Pendampingan korban dengan protokol kesehatan yang ketat pun dirasakan kurang maksimal.
Dari pengalaman beliau kurang lebih 20an tahun di LSM, pertama tahun 1994-1998 sebagai staf di Yayasan Alfa Omega, Pemerhati Wilayah Mollo Utara dan Selatan ini mempunyai banyak pengalaman suka maupun duka. Jebolan S1 Fakultas Peternakan Undana ini merasa banyak hal yang berkesan yakni penguatan SDM berkelanjutan sehingga ada banyak kesempatan belajar, menghargai potensi orang lain dan terus berinovasi dan kreatif.
Untuk memperkuat kapasitasnya berbagai pendidikan non formal telah diikuti baik di tingkat lokal dan nasional. Itu terlihat dari deretan panjang dalam CV. Dari staf, lembaga mempercayakannya pada tanggung jawab penting antara lain Wakil Direktur SSP, Koordinator Program Child Protection Programme (CPP) kerjasama Plan Indonesia Area Timor Tahun 2015-2017, Kootdinator Program BFDW dengan keahlian khusus yang di milikinya yakni fasilitator vibran, fundraiser lembaga desain proposal, programmer dan comunity organizer. Dengan sejumlah jabatan yang dimiliki, Ma Pin tetap dikenal sebagai seorang yang rendah hati, tak segan belajar kepada adik-adik.
Salah seorang temannya yang juga bekerja bersama di SSP yakni, Om Jhon Bolla mengakui Ma Pin adalah seorang yang memegang prinsip, kerja rapi, detil, teliti, bersih dan bertanggung jawab. Diakuinya sosok Ir. Rambu Atanau Mella, pimpinannya berkontribusi cukup besar bagi bertumbuhnya ia dalam kerja-kerja pengorganisasian masyarakat. "Saya belajar banyak dari Ma Rambu, beliau adalah seorang pemimpin yang ingin stafnya maju dan terus mendorong kami menjadi pemimpin”, tutur Ma Pin. Menurut Ma Pin, Mama Rambu juga seorang pemimpin yang tidak mentolerir pekerjaan yang asal-asalan.
Meski sebagai pekerja serius dan bertanggung jawab, jika ada sesuatu yang lucu pasti Ma Pin akan tertawa lepas dengan suara keras. Beliau mengakui, tertawa dan tetap bersukacita juga bagian dari cara merawat hati.
Terus berkarya Ma Pin, teruslah menginspirasi banyak perempuan dan perempuan muda untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. (*Penulis : Gadrida Rosdiana Djukana, SH)
Ir. Filpin Therik, lebih akrab disapa Ma Pin adalah salah satu dari sekian banyak pegiat NGO/LSM yang seperti itu. Sama seperti teman lain, Ma Pin juga sering mendapat pertanyaan ketika ada pembukaan lowongan CPNS, ’Kaka kenapa tidak ikut melamar’. Bahkan suatu saat salah seorang aktivis bercerita, ada teman SMAnya bertanya kepadanya tentang pekerjaan salah satu teman mereka. Ketika teman aktivis itu menjawab di LSM, ia mengatakan daripada nganggur, "Su bae ada kerja isi waktu, daripada nganggur," ucapnya kepada teman aktivis tersebut.
Kembali ke Ma Pin, beliau telah melewati getir, manis berada di lapangan dengan medan yang sulit. Hujan, panas, tawa, air mata silih berganti menemani kerjanya di pedalaman, TTS. Perempuan kulit hitam manis ini, ibu dari Marlia, Yurit dan Telda adalah seorang yang tekun, rapi dan bekerja tuntas serta bertanggung jawab. Ma Pin adalah orang yang teliti dan rajin mencatat segala sesuatu. Penyuka makan ikan ini tidak pernah merasa sudah mampu, karena itu semua hal harus dicatat.
Beberapa kali mengikuti training untuk issue-issue baru, Ma Pin menceritakan kalau semua proses dicatatnya dari awal sampai berakhir pelatihan dengan catatan yang rapi. Kebiasaan ini tidak muncul setelah ia dewasa. Sejak kecil, masih sekolah dasar di SDN II, Ba'a Rote, Filpin kecil sudah mempunyai catatan yg bersih dan rapi. Semua ini terbawa hingga perkuliahan.
Rapi dan bersih menjadi ciri khas Ma Pin. Menyapu, mengepel, melap hingga debu pun takut menempel. Jangan heran kalau rumah dan ruang kerjanya tak ada yang berantakan. Penyuka warna kuning dan senyum ini tertarik mengabdi di LSM, termotivasi dari aktivis-aktivis perempuan yang berhasil melakukan pemberdayaan masyarakat.
Beberapa kali berkesempatan jalan bersama beliau, Ma Pin menyampaikan ditengah-tengah kesibukannya, ia suka membaca cerita sukses dari perempuan-perempuan hebat yang mampu melakukan perubahan di tingkat masyarakat dan inilah yang mendorong Ma Pin untuk tetap ada di LSM.
Selain itu, alasan istri dari Bapak Barnabas Taneo ini bekerja di komunitas dari apa yang dimiliki masyarakat, oleh masyarakat untuk masyarakat berdaya. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki pemilik hobby menanam bunga dan menyanyi ini bisa dibagi kepada masyarakat.
Di LSM juga Beliau menekuni kerja-kerja kesetaraan dan keadilan gender terkait pola relasi yang timpang dalam berbagai aspek dimana budaya patriarkhi menempatkan laki-laki paling utama, superior dan perempuan sebagai makluk nomor dua.
Karena itu, perempuan mengalami diskriminasi di ranah domestik maupun di ruang publik. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut menurutnya, Sanggar Suara Perempuan telah melakukan penguatan sumberdaya manusia laki-laki dan perempuan pada tataran lembaga dan di masyarakat. Cara lainnya yakni kerja- kerja pengorganisasian masyarakat, penyebaran informasi baik melalui media cetak maupun eletronik serta bermitra dengan berbagai pihak.
Ma Pin mengakui, sangat senang dan bangga ketika kelompok sasaran masyarakat dan perempuan yang didampingi bersama teman-teman di SSP menyampaikan cerita sukses dan program-program berdampak luas yang membawa perubahan perilaku. Meski terkadang menemui kendala, wanita yang lahir di Rote tanggal 18 Februari 1967 ini menyampaikan bahwa ada banyak hal baik dari perjuangan-perjuangan selama ini. Kini, banyak perempuan yang menduduki posisi-posisi strategis, semua itu berpengaruh pada perumusan kebijakan publik yang ramah perempuan.
Dalam situasi pandemi Covid 19, ungkapnya belum lama ini pada sebuah pertemuan melalui webinar, banyak hasil produksi perempuan sulit dipasarkan, diskusi-diskusi dengan kelompok perempuan juga terganggu. Pendampingan korban dengan protokol kesehatan yang ketat pun dirasakan kurang maksimal.
Dari pengalaman beliau kurang lebih 20an tahun di LSM, pertama tahun 1994-1998 sebagai staf di Yayasan Alfa Omega, Pemerhati Wilayah Mollo Utara dan Selatan ini mempunyai banyak pengalaman suka maupun duka. Jebolan S1 Fakultas Peternakan Undana ini merasa banyak hal yang berkesan yakni penguatan SDM berkelanjutan sehingga ada banyak kesempatan belajar, menghargai potensi orang lain dan terus berinovasi dan kreatif.
Untuk memperkuat kapasitasnya berbagai pendidikan non formal telah diikuti baik di tingkat lokal dan nasional. Itu terlihat dari deretan panjang dalam CV. Dari staf, lembaga mempercayakannya pada tanggung jawab penting antara lain Wakil Direktur SSP, Koordinator Program Child Protection Programme (CPP) kerjasama Plan Indonesia Area Timor Tahun 2015-2017, Kootdinator Program BFDW dengan keahlian khusus yang di milikinya yakni fasilitator vibran, fundraiser lembaga desain proposal, programmer dan comunity organizer. Dengan sejumlah jabatan yang dimiliki, Ma Pin tetap dikenal sebagai seorang yang rendah hati, tak segan belajar kepada adik-adik.
Salah seorang temannya yang juga bekerja bersama di SSP yakni, Om Jhon Bolla mengakui Ma Pin adalah seorang yang memegang prinsip, kerja rapi, detil, teliti, bersih dan bertanggung jawab. Diakuinya sosok Ir. Rambu Atanau Mella, pimpinannya berkontribusi cukup besar bagi bertumbuhnya ia dalam kerja-kerja pengorganisasian masyarakat. "Saya belajar banyak dari Ma Rambu, beliau adalah seorang pemimpin yang ingin stafnya maju dan terus mendorong kami menjadi pemimpin”, tutur Ma Pin. Menurut Ma Pin, Mama Rambu juga seorang pemimpin yang tidak mentolerir pekerjaan yang asal-asalan.
Meski sebagai pekerja serius dan bertanggung jawab, jika ada sesuatu yang lucu pasti Ma Pin akan tertawa lepas dengan suara keras. Beliau mengakui, tertawa dan tetap bersukacita juga bagian dari cara merawat hati.
Terus berkarya Ma Pin, teruslah menginspirasi banyak perempuan dan perempuan muda untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. (*Penulis : Gadrida Rosdiana Djukana, SH)