Berdaya dengan Ketrampilan yang dimiliki
Kelompok Tenun, ‘Sehati’, desa Noinbila, Kec. Mollo Selatan adalah salah satu kelompok tenun dampingan SSP, kerjasama SSP dan Kedutaan Besar Selandia Baru untuk program pemberdayaan ekonomi perempuan.
20 orang yang tergabung dalam kelompok tenun Sehati, sehari-hari rutin melakukan tugas dan tanggungjawab untuk menyelesaikan tenunan sesuai dengan permintaan pelanggan ataupun yang di buat oleh kelompok untuk di jual.
Sanggar Suara Perempuan bertemu dengan Mama Martha Sanam, ketua kelompok tenun Sehati yang berbagi cerita tentang sejarah terbentuknya kelompok tenun dan bagaimana perjuangan mereka melewati setiap proses hingga saat ini kelompok tenun Sehati semakin terkenal dan mendapatkan banyak pesanan tenunan.
Mama Martha menyampaikan bahwa anggota tenun terdiri dari kakak beradik yang memiliki keahlian menenun tetapi selama ini tidak rutin melakukan aktivitas menenun.
Berawal dari salah seorang keponakan Mama Martha yang akan menikah dan membutuhkan sejumlah tenunan yang akan digunakan saat pernikahan, maka Mama Martha dan beberapa saudara berinisiatif untuk menenun beberapa tenunan sesuai dengan kebutuhan pernikahan.
Pengalaman menenun selama 2 minggu menjadi awal cerita terbentuknya kelompok tenun Sehati. Setelah acara pernikahan, Mama Martha berdiskusi dengan saudara-saudaranya untuk terus melakukan aktivitas menenun dan hasil tenunan tersebut dapat di jual untuk membantu biaya sekolah anak-anak.
Menyambut baik apa yang diusulkan oleh Mama Martha, Maka aktivitas menenun terus dilanjutkan di rumah masing-masing, tetapi waktu itu belum menjadi prioritas yang harus dilakukan secara rutin karena ada banyak kesibukan dan pekerjaan rumah yang harus di selesaikan.
Hingga akhirnya Mama Martha bertemu dengan Sanggar Suara Perempuan dalam hal ini Direktur SSP, Ir. Rambu A. Mella dan berbagi informasi terkait dengan aktivitas tenun yang sementara dilakukan bersama keluarga. SSP kemudian menginisiasi pembentukan kelompok tenun Sehati yang secara berkelompok melakukan aktivitas tenun di rumah Mama Martha.
Dengan fasilitas seadanya, Mama Martha dan suadara-saudara yang telah terorganisir dalam kelompok tenun Sehati mulai melakukan aktivitas tenun secara rutin mulai dari pagi hingga sore hari.
“Awal mula kami membentuk kelompok di bawah pohon asam”, demikian yang disampaikan Mama Martha dengan penuh semangat. Mama Martha lalu bercerita hari pertama mulai menenun, Mama Martha dan saudara-saudara membuat, “Divan manual’ (Divan adalah alat yang digunakan untuk nenenun). Karena belum memiliki tempat khusus untuk menenun, maka aktivitas tenun di lakukan di luar rumah.
Masing-masing anggota kelompok mempunyai cerita dan kesan tersendiri ketika harus menenun di luar rumah dengan kondisi yang serba terbatas dan tidak nyaman. Musim hujan menjadi kendala bagi kelompok untuk menenun karena tidak ada tempat untuk berteduh sehingga aktivitas menenun harus berhenti sejenak hingga hujan reda, Kondisi ini menjadi sebuah tantangan karena waktu itu kelompok sudah mulai menerima pesanan tenunan. Karena kondisi yang tidak memungkinkan maka tenunan yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu baru bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu. Begitupula dengan hasil tenunan yang terkadang bisa kotor karena debu dan lain sebagainya.
Itu adalah sebagian cerita sebelum kelompok tenun Sehati memiliki rumah tenun. Saat ini atas dukungan kerjasama Sanggar Suara Perempuan dan Kedutaan Besar Selandia Baru, kelompok telah di fasilitasi dengan sebuah rumah tenun yang cukup luas dan nyaman digunakan untuk melakukan aktivitas tenun.
Sebagai kelompok tenun dampingan SSP, kelompok tenun Sehati dilibatkan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penguatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan, bagaimana menghasilkan tenunan yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar. Kelompok juga difasiltasi dalam pelatihan pencelupan benang menggunakan pewarna alam sehingga tenunan yang dihasilkan tidak mudah luntur dan memiliki kualitas warna yang bagus.
Tetap komitmen dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama menjadi jalan menuju keberhasilan bagi kelompok tenun Sehati. Hanya berbekal pengalaman dan ketrampilan untuk menenun dengan tidak di batasi oleh apapun, kini kelompok tenun sehati semakin terkenal dengan tenunan yang berkualitas.
Tanggal 29 Agustus 2022, rumah tenun Sehati, dukungan kerjasama SSP dan Kedutaan Besar Selandia Baru telah diresmikan. Mimpi dan harapan kelompok untuk memiliki sebuah tempat untuk menenun telah terwujud. Fasilitas yang memadai dan ketrampilan yang semakin diperkaya membuat kelompok tenun semakin bersemangat untuk menghasilkan tenunan-tenunan yang berkualitas.
Tidak hanya melibatkan ibu-ibu rumah tangga, beberapa remaja puteri, keponakan dari Mama Martha juga terlibat dalam kelompok tenun Sehati dan hasil tenunan digunakan untuk membayar uang sekolah dan untuk kebutuhan mereka.
Saat ini, tenunan menjadi sumber penghasilan bagi Mama Martha dan saudara-saudaranya. Sebagai kaum perempuan, mereka bangga karena dapat memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki untuk membantu ekonomi keluarga. Bahkan Mama Martha, saat ini juga menjadi motivator yang terus berbagi pengalaman untuk memotivasi kaum perempuan untuk terus berdaya dengan ketrampilan yang di miliki.
“Jangan malu untuk nenenun”, demikian yang disampaikan oleh Enggelina Bessie, seorang remaja puteri yang menjadi bagian dari kelompok tenun Sehati. Dengan tenunan yang dihasilkan, mari kita kenalkan TTS ke mata dunia.
20 orang yang tergabung dalam kelompok tenun Sehati, sehari-hari rutin melakukan tugas dan tanggungjawab untuk menyelesaikan tenunan sesuai dengan permintaan pelanggan ataupun yang di buat oleh kelompok untuk di jual.
Sanggar Suara Perempuan bertemu dengan Mama Martha Sanam, ketua kelompok tenun Sehati yang berbagi cerita tentang sejarah terbentuknya kelompok tenun dan bagaimana perjuangan mereka melewati setiap proses hingga saat ini kelompok tenun Sehati semakin terkenal dan mendapatkan banyak pesanan tenunan.
Mama Martha menyampaikan bahwa anggota tenun terdiri dari kakak beradik yang memiliki keahlian menenun tetapi selama ini tidak rutin melakukan aktivitas menenun.
Berawal dari salah seorang keponakan Mama Martha yang akan menikah dan membutuhkan sejumlah tenunan yang akan digunakan saat pernikahan, maka Mama Martha dan beberapa saudara berinisiatif untuk menenun beberapa tenunan sesuai dengan kebutuhan pernikahan.
Pengalaman menenun selama 2 minggu menjadi awal cerita terbentuknya kelompok tenun Sehati. Setelah acara pernikahan, Mama Martha berdiskusi dengan saudara-saudaranya untuk terus melakukan aktivitas menenun dan hasil tenunan tersebut dapat di jual untuk membantu biaya sekolah anak-anak.
Menyambut baik apa yang diusulkan oleh Mama Martha, Maka aktivitas menenun terus dilanjutkan di rumah masing-masing, tetapi waktu itu belum menjadi prioritas yang harus dilakukan secara rutin karena ada banyak kesibukan dan pekerjaan rumah yang harus di selesaikan.
Hingga akhirnya Mama Martha bertemu dengan Sanggar Suara Perempuan dalam hal ini Direktur SSP, Ir. Rambu A. Mella dan berbagi informasi terkait dengan aktivitas tenun yang sementara dilakukan bersama keluarga. SSP kemudian menginisiasi pembentukan kelompok tenun Sehati yang secara berkelompok melakukan aktivitas tenun di rumah Mama Martha.
Dengan fasilitas seadanya, Mama Martha dan suadara-saudara yang telah terorganisir dalam kelompok tenun Sehati mulai melakukan aktivitas tenun secara rutin mulai dari pagi hingga sore hari.
“Awal mula kami membentuk kelompok di bawah pohon asam”, demikian yang disampaikan Mama Martha dengan penuh semangat. Mama Martha lalu bercerita hari pertama mulai menenun, Mama Martha dan saudara-saudara membuat, “Divan manual’ (Divan adalah alat yang digunakan untuk nenenun). Karena belum memiliki tempat khusus untuk menenun, maka aktivitas tenun di lakukan di luar rumah.
Masing-masing anggota kelompok mempunyai cerita dan kesan tersendiri ketika harus menenun di luar rumah dengan kondisi yang serba terbatas dan tidak nyaman. Musim hujan menjadi kendala bagi kelompok untuk menenun karena tidak ada tempat untuk berteduh sehingga aktivitas menenun harus berhenti sejenak hingga hujan reda, Kondisi ini menjadi sebuah tantangan karena waktu itu kelompok sudah mulai menerima pesanan tenunan. Karena kondisi yang tidak memungkinkan maka tenunan yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu baru bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu. Begitupula dengan hasil tenunan yang terkadang bisa kotor karena debu dan lain sebagainya.
Itu adalah sebagian cerita sebelum kelompok tenun Sehati memiliki rumah tenun. Saat ini atas dukungan kerjasama Sanggar Suara Perempuan dan Kedutaan Besar Selandia Baru, kelompok telah di fasilitasi dengan sebuah rumah tenun yang cukup luas dan nyaman digunakan untuk melakukan aktivitas tenun.
Sebagai kelompok tenun dampingan SSP, kelompok tenun Sehati dilibatkan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penguatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan, bagaimana menghasilkan tenunan yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar. Kelompok juga difasiltasi dalam pelatihan pencelupan benang menggunakan pewarna alam sehingga tenunan yang dihasilkan tidak mudah luntur dan memiliki kualitas warna yang bagus.
Tetap komitmen dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama menjadi jalan menuju keberhasilan bagi kelompok tenun Sehati. Hanya berbekal pengalaman dan ketrampilan untuk menenun dengan tidak di batasi oleh apapun, kini kelompok tenun sehati semakin terkenal dengan tenunan yang berkualitas.
Tanggal 29 Agustus 2022, rumah tenun Sehati, dukungan kerjasama SSP dan Kedutaan Besar Selandia Baru telah diresmikan. Mimpi dan harapan kelompok untuk memiliki sebuah tempat untuk menenun telah terwujud. Fasilitas yang memadai dan ketrampilan yang semakin diperkaya membuat kelompok tenun semakin bersemangat untuk menghasilkan tenunan-tenunan yang berkualitas.
Tidak hanya melibatkan ibu-ibu rumah tangga, beberapa remaja puteri, keponakan dari Mama Martha juga terlibat dalam kelompok tenun Sehati dan hasil tenunan digunakan untuk membayar uang sekolah dan untuk kebutuhan mereka.
Saat ini, tenunan menjadi sumber penghasilan bagi Mama Martha dan saudara-saudaranya. Sebagai kaum perempuan, mereka bangga karena dapat memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki untuk membantu ekonomi keluarga. Bahkan Mama Martha, saat ini juga menjadi motivator yang terus berbagi pengalaman untuk memotivasi kaum perempuan untuk terus berdaya dengan ketrampilan yang di miliki.
“Jangan malu untuk nenenun”, demikian yang disampaikan oleh Enggelina Bessie, seorang remaja puteri yang menjadi bagian dari kelompok tenun Sehati. Dengan tenunan yang dihasilkan, mari kita kenalkan TTS ke mata dunia.